
TAHFIZ-30 OCTOBER 2009
ARABIC FOR OCCUPATIONAL PURPOSES-2 NOVEMBER 2009
ABBASID AND ANDALUSIAN POETRY TEXTS-10 NOVEMBER 2009
PRINCIPLES OF TEACHING FOREIGN LANGUAGES-15 NOVEMBER 2009
***********************
"Isi hati yang tak mampu diluah dengan kalam"
Kenangan bersama DIJAH, KAK YANI & KAK NISAH.
(Berlatar belakangkan Masjid UIA)
Tampil bersahaja, suka merendah, dan menyejukkan, ceramah-ceramah agamanya di sebuah stasion televisi dan di Masjid Istiqlal, Jakarta, mampu menguras air mata para hadirin. Ia bahkan tak segan-segan mengajak dirinya dan hadirin meneladani bayi dan anak-anak, yang disebutnya bagai “gelas bening, sehingga sebutir debu pun yang menempel padanya bisa terlihat.” Bayi dan anak-anak, katanya “tidak pendendam, rendah hati, dan jujur”.
“Belajarlah dari bayi, yang tak pernah merasa gagal,” katanya dalam bagian ceramahnya berjudul ‘Anak sebagai Lahan Tafakkur’. “Ketika ia belajar berjalan, setiap jatuh ia selalu bangun dan mencoba lagi. Jika ia marah pada temannya, sebentar kemudian akan baikan kembali.” Aa lalu menghubungkannya pertikaian antar sesama saudara di Indonesia, yang tak pernah habis-habisnya memendam dendam.
Aa Gym lahir di Bandung pada 29 Januari 1962, dari pasangan Letkol H. Engkus Kuswara dan Hj. Yeti Rohayati. Meskipun tidak tumbuh di lingkungan pesantren, keluarganya terkenal disiplin dan religius.
Guru agamanya yang pertama adalah adiknya sendiri, Agung Gunmartin, yang cacat, lumpuh, matanya juling, dan telinganya hampir tuli. Yang istimewa, Agung sangat gigih, tetap rajin kuliah dan tak pernah lepas salat wajib dan tahajud. “Meski bernapas saja sulit, dia tetap mendisiplinkan diri untuk ke masjid,” kenangnya. Aa sendiri seorang kakak yang setia, yang rajin menggendong sang adik bila ke masjid dan mendampinginya ketika ke kampus.
Namun lama kelamaan, kesehatan Agung kian memburuk, hingga duduk pun ia sudah tak mampu. Tangannya tidak dapat lagi digerakkan. Namun keadaan itu diterimanya dengan sabar dan tawakkal, tanpa berkeluh-kesah. “Sampai akhirnya dia meninggal di pangkuan saya, ” papar Aa Gym dengan mata berkaca-kaca.
Pada usia 20 tahunan, Gymnastiar berguru pada Ajengan Junaedi dari Garut, Jawa Barat. Dan hanya dalam tiga hari, ia oleh gurunya dinyatakan telah memiliki ilmu laduni – yang memberinya kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui proses belajar. Menurut Gym, ia sendiri kurang begitu yakin apakah benar ia telah menguasai ilmu tadi. Namun beberapa guru spiritualnya yang lain juga menyatakan bahwa dia telah dikaruniai ma’rifatullah—‘pengetahuan dari Allah’. Seorang di antaranya KH Khoer Affandi, ulama tasawuf terkenal Jawa Barat yang semasa hidupnya memimpin Pesantren Miftahul Huda, Manonjaya, Tasikmalaya.
“Berkat ilmu itu, saya bisa tiba-tiba tanpa sengaja mengetahui hal-hal baru saat berceramah,” tutur lelaki yang memanggil ‘bos’ kepada lawan bicaranya. Saat materinya dirujuk dengan kitab-kitab tafsir, isinya ternyata tak berbeda.
Pencarian jati diri Aa Gym diwarnai sejumlah peristiwa aneh melalui mimpi, baik yang dialaminya sendiri maupun oleh ibu dan adiknya. Dalam mimpinya, ibunya mendapati Rasulullah sedang mencari seseorang. Sedang adiknya bermimpi melihat Rasulullah mendatangi rumah mereka. Dalam mimpinya sendiri, Aa Gym sempat salat berjamaah bersama Rasulullah dan keempat Sahabat: Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali.
“Saya berdiri di samping Sayidina Ali, sementara Rasulullah bertindak sebagai imam,” paparnya. Dalam mimpi sebelumnya, ia merasa didatangi seorang tua berjubah putih bersih, yang mencuci mukanya dengan ekor bulu merak bersaput madu. Dia lalu mengatakan Aa Gym insyaallah akan menjadi orang yang mulia, kelak. Setelah mimpi-mimpi itu, Gymnastiar mulai berguru pada beberapa ulama.
Sebagai kiai, Aa Gym tahu sekali bahwa lebih baik memberi daripada menerima. Maka lelaki yang sejak SMA berjiwa wirausaha ini merintis pembentukan Keluarga Mahasiswa Islam Wiraswasta (KMIW) pada 1987. KMIW membuat dan menjajakan stiker, kaos oblong, gantungan kunci, dan alat tulis menulis yang dibubuhi slogan-slogan religius.
Pada 1990, ia mendirikan Yayasan Pondok Pesantren Daarut Tauhid (DT). Pendirian DT terilhami gerakan Al-Arqam di Malaysia, yang berhasil secara mandiri memenuhi kebutuhan sehari-hari secara Islami. Beberapa waktu kemudian, DT pindah lokasi ke Jalan Gegerkalong Girang 67. Di lokasi rumah pondokan berkamar 20 buah itu, ia menyewa dua kamar. Di sana ia sering mendapat tantangan berat, karena lokasi itu dikenal sebagai markas “biang kerok” keresahan masyarakat. Toh ia kemudian berhasil mengontrak seluruh kamar yang ada, dan bahkan mampu membeli kepemilikannya seharga Rp 100 juta.
Sumber: Muballigh.com
" eh? mane purdah? "
Itu merupakan soalan-soalan yang perlu saya jawab ketika menghadiri majlis alumni SMABT pada 7 Syawal 1430H.
Bukan maksud saya untuk tidak istiqamah. Malah, sebelum terhijabnya wajah, saya sentiasa berharap dan bertekad moga diistiqamahkan hati ini.
Ikuti hikayati……barulah anda akan faham. Mengapa saya tidak istiqamah berpurdah jika di johor…
*************************************************
HALANGAN
Sejak menuntut ilmu di Maahad Johor lagi, hati saya sudah tergerak dan terdorong untuk menghijab wajah. Tapi, mak melarang.
" Kalau belajar kat Mesir nanti boleh pakai....Tapi kalau belajar U tempatan tak payah…."
Itu jawapan mak saya setiap kali saya mengutarakan hasrat untuk berpurdah.
Urusan menyambung pengajian ke Mesir sudah 70%. Ketika itu, keputusan permohonan di unversiti tempatan diumumkan.
" SALWIYA ABDULLAH 860128-01-____ : PSIKOLOGI IIUM "
Semestinya ini berita gembira untuk keluarga. Terutamanya mak. Doa mak sentiasa makbul.
Gembira bagi keluarga, ada sekelumit rasa sedih pada saya. Ini bermakna, hasrat untuk memakai purdah terbatal serta merta. Kembali kepada syarat ibu...."kalau belajar kat mesir nanti boleh pakai....."
***************************************************
KEIZINAN BERSYARAT
Masuk UIA... Awal tahun pertama, ketika itu saya di pusat bahasa... niat untuk berpurdah tak pernah terpisah dalam hati saya.Cuma bila asyik dihalang, lama-lama niat itu menyepi sendiri. Namun, keinginan melonjak-lonjak semula bila ada beberapa perkara yang berlaku pada diri saya di sini.Sejak itu, saya banyakkan lagi pengetahuan tentang "hijab" .
Tekad saya sudah bulat, hanya niat berubah sedikit. Sebelum ini, niat untuk berpurdah lebih kepada "Untuk mendapatkan REDHA ALLAH semata"....tapi kini........ "Disamping mendapatkan REDHA ALLAH....ini untuk keselamatan saya". Itu yang terdetik di hati.
Saya
"Tak payah!"
Itu jawapan mak saya.
Hampa.Sedih.
Pulang bercuti akhir semester 2 2005/2006. Dengan doa yang tak pernah putus, saya
Hati kecil saya selalu berkata.....
" Mak....takde apa yang ude dapat beri pada mak.Ude tak de harta nak bagi. Hanya dapat buat amal kebajikan selagi termampu. Dan jika amal ini diterima dan mendapat pahala disisiNYA, segala ganjaran tu ude niatkan untuk mak dan bapa. Berilah peluang untuk kali ini sahaja....."
ALLAH memakbulkan doa saya. ALHAMDULILLAH, mak izinkan. Hanya ALLAH yang tahu bagaimana perasaan ketika itu. Bahagianya hati bila sesuatu yang saya lakukan mendapat restu dari mak...Hati berbunga- Sujud syukur, pujian untukNYA atas segala nikmat indah yang diber......
Namun, izin mak bersyarat……
" Tapi ingat...kat KL je boleh.....kat sini (johor) tak payah........."
itulah syarat dari mak saya.
Pada mulanya hati kecil saya memberontak. Takkan kat sini tak payah? Macam mana saya nak istiqamah?
*************************************************
AKIBAT LANGGAR SYARAT
Di awal pemakaian purdah, saya tidak mengendahkan syarat mak. Jika keluar dikawasan johor, sebelum keluar rumah saya akan iron purdah siap-siap, dan simpan di tempat yang selamat. Bila jarak dengan rumah agak jauh, cepat-cepat saya pakai...!
Tapi, johor ni bukanlah besar. Mak saya dapat hidu. Saya kena marah. Kali ni kakak juga turut bersuara….Lebih parah bila mak tarik 100% keizinan untuk memakai purdah....
" Kat KL pun tak payah pakai...! "
Saya terkedu bila mak kata begitu. Diam tanpa kata. Hanya air mata pengganti diri. Sebagai luahan betapa sedih dan hibanya hati.
"Tulah sal.....kenapa langgar syarat dr mak....? "
Bisik hati kecil saya
**********************************************************
.................................to be continue
Ya Allah, jadikanlah aku seorang Hamlatul Quran yang sejati dan hakiki, sebagai penyejuk mata, penawar hati setiap insan di muka bumi, agar kehadiranku di dunia ini dihargai. Berkatilah aku dengan anugerah kemuliaan yang Kau beri. Sesungguhnya kehidupan di dunia ini sunguh indah tidak terperi dengan alunan ayat-ayat suci yang sentiasa bermain di mulut, di telinga dan di hati. Lantas itu ku pinta dariMu Ya Ilahi, agar di saat-saat akhir hayatku, alunan kalamMu jua yang mengiringi pemergianku..